Jakarta – Premi dari produk asuransi yang dikaitkan investasi (PAYDI) atau unit link turun 9% secara tahunan atau year on year (yoy) pada semester I 2022. Namun demikian, kinerja aset unit link diproyeksi mengalami pemulihan sampai akhir tahun ini.
Head of IFG Progress Reza Yamora Siregar mengutip data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mengatakan, pendapatan premi asuransi jiwa memang mengalami penurunan sampai dengan paruh pertama tahun ini. Hal tersebut didorong oleh penurunan pendapatan premi dari produk unit link maupun produk tradisional (proteksi).
“Pada kuartal kedua 2022, penurunan pendapatan premi unit link mencapai 9% yoy dan produk traditional sekitar 11% yoy. Karena kontribusi premi produk unit link pada pendapatan premi cukup besar (sekitar 44% pada kuartal II 2022), penurunan pendapatan premi pada produk unit link sangat memengaruhi penurunan pendapatan premi secara keseluruhan,” kata Reza di Jakarta, Kamis (11/8/2022).
Menurut Reza, ada beberapa faktor yang berpotensi mendorong perlambatan premi dari produk unit link. Pertama, kinerja produk unit link yang di bawah benchmark. Sebagai contoh, rata-rata kinerja baik jangka pendek maupun jangka panjang unit link saham di bawah kinerja benchmark IHSG.
Ia merincikan, unit link saham IDR per kuartal II-2022 tumbuh sekitar 5% (yoy), sedangkan kinerja IHSG tumbuh mencapai 15% (yoy) untuk periode yang sama. Selain itu, selama lima tahun terakhir, unit link saham IDR rata-rata tumbuh sekitar 7,4%, sedangkan pertumbuhan IHSG mencapai 18,4% dalam periode yang sama.
Faktor kedua, ada indikasi aturan terbaru dari OJK juga ikut memengaruhi perlambatan. “Adanya SEOJK (Surat Edaran OJK No 5/SEOJK.05/2022) yang terbaru juga menjadi pemicu perusahaan asuransi untuk lebih mendorong produk-produk proteksi di pasar,” jelasnya.
Adapun faktor ketiga, kata Reza, yakni isu produk unit link yang berkembang dalam beberapa waktu belakangan. Isu perselisihan atau dispute di beberapa perusahaan asuransi jiwa dinilai ikut menurunkan kepercayaan masyarakat.
Sementara, Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyampaikan, kinerja aset unit link saham tercatat masih negatif pada semester I 2022. Pada saat yang sama, kinerja aset pendapatan tetap tumbuh melambat karena penurunan harga obligasi.
Namun demikian, memasuki Juli sampai media Agustus 2022, kinerja unit link saham maupun pendapatan tetap tercatat mengalami perbaikan masing-masing tumbuh sekitar 1% secara bulanan atau month to month (mtm). Hal ini tidak terlepas dari kinerja pasar saham yang menunjukkan peningkatan.
“IHSG sekarang sekarang sudah di posisi sekitar 7.100 dan on track, rupiah menguat, dana asing masuk, yang akan mengerek harga IHSG. Jadi kinerja aset di Juli-Agustus jauh lebih baik dibanding pada kuartal II 2022,” terang dia.
Lebih lanjut, Wawan pun meyakini kinerja aset masih akan berlangsung sampai dengan akhir tahun 2022. Menurut dia, kinerja pasar modal telah seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah mencapai lebih dari 5% pada semester I 2022 ikut didukung laporan keuangan emiten cukup bagus.
“Jadi saya yakin penguatan ini berlanjut sampai akhir tahun. Kita tetap targetkan akhir tahun IHSG di level 7.500. Unit link saham kita ekspektasi tumbuh 10%, meskipun ada produk yang bisa lebih dan kurang dari angka itu. Sedangkan pendapatan tetap tadinya ditargetkan tumbuh 7%, tapi sekarang kita koreksi jadi 4%-5%. Memang ada perbaikan harga tapi ekspektasi banyak ditaruh dari kupon yang masuk,” tandasnya.