Meski dalam dunia telekomunikasi telah masuk era 5G, namun Dinas Pendidikan Sumatera Selatan masih berharap para guru dapat menuntaskan agenda Guru 4G. Apa itu guru 4G? Ternyata ini merupakan akronim dari Gagas, Gerak, Gaul dan Gila.
Gagas bermakna bahwa para pendidik harus memiliki kemauan untuk berpikir dan mengeluarkan gagasan dalam menciptakan situasi belajar atau pendidikan yang lebih baik. Tak cukup dengan itu, para pendidik harus pula menerapkan gagasan tersebut dalam langkah yang ke dua yakni Gerak, yakni upaya mengejawantahkan gagasan dalam kenyataan kerja. Adapun yang ketiga adalah Gaul. Gagasan besar tak bisa digerakkan sendirian. Harus dikomunikasikan dengan pihak lain melalui silaturrahmi dan komunikasi yang sehat. Itu semua harus berujung pada kualitas kerja atau program yang “Gila” dalam makna spektakuler, kualitas kerja di atas rata-rata, mengundang decak kagum dan pastinya menimbulkan efek yang luar biasa.
Konsep 4G ini disampaikan oleh Anang Purnomo Kurniawan, ST. yang mewakili Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Selatan dalam sambutannya pada acara pembukaan Pelatihan Guru untuk Pendidikan Demokrasi Provinsi Sumatera Selatan. Bertempat di Hotel Aston Palembang, hari ini tanggal 13 Desember kegiatan tersebut resmi di buka dan akan berlangsung hingga tanggal 15 Desember.
Acara diikuti oleh 30 peserta yang terdiri dari guru SMA dan SMK. Peserta berasal dari 6 kabupaten dan kota di Sumatera Selatan. Pelatihan Guru untuk Pendidikan Demokrasi adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh PIER Universitas Paramadina dan Konrad Adenauer Stiftung, Jerman. Program ini dalam koordinasi Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Dalam penyelenggaraan di daerah-daerah, kegiatan bermitra dengan Dinas Pendidikan setempat, baik dinas pendidikan provinsi maupun kabupaten-kota dalam rangka rekrutmen peserta pelatihan.
Selain Kepala Dinas Pendidikan, pembukaan dihadiri pula oleh Djayadi Hanan, Ph.D., Direktur PIER Universitas Paramadina. Ari Dharma Stauss, wakil dari Konrad Adenauer Stiftung Kantor Perwakilan Indonesia dan Timor Leste. Hadir pula secara online wakil dari Kemendagri, Danang Binuko, M.Si., yang menyampaikan pemikiran tentang Demokrasi Pancasila.
Dalam sambutannya, Djayadi Hanan menyoroti arti penting peran guru dalam turut mengembangkan dan mematangkan proses demokrasi melalui pendidikan di sekolah. Guru perlu memahami konsep demokrasi, namun yang tak kalah penting, guru harus terampil menyampaikan nilai-nilai demokrasi dengan cara yang demokratis. Sehingga demokrasi tak hanya disampaikan sebagai pengetahuan tetapi siswa juga melihat praktiknya dari nilai demokrasi dalam interaksi mereka dengan para guru.
Adapun narasumber yang mengisi kegiatan kali ini adalah: Dr. Mohammad Abduhzen – tenaga ahli PIER Universitas Paramadia, Umar Abdullah, Ph.D. – dosen di UIN Raden Fatah, dan Hilal Tri Anwari – sekretaris PIER Universitas Paramadina.
Konrad Adenuer Stiftung adalah sebuah yayasan dari Jerman yang telah lebih dari 50 tahun terlibat dalam berbagai kegiatan program pengembangan di Indonesia, terutama dalam isu demokrasi, HAM, Ekonomi Mikro, dan demokratisasi. Program kemitraan antara Konrad Adenauer Stiftung (KAS) dengan PIER Universitas Paramadina telah berlangsung lebih dari 13 tahun. Fokus agendanya adalah demokratisasi melalui jalur pendidikan.
Di Sumatera Selatan, pelatihan kali ini adalah program yang ketiga kalinya. Beberapa program sebelumnya dilasanakan oleh PIER Universitas Paramadina bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota Palembang, melibatkan para guru dari jenjang SMP.
Pembiayaan kegiatan ini sepenuhnya dalam tanggungan pihak Konrad Adenauer Stiftung. PIER Universitas Paramadina bertanggungjawab dalam desain materi pelatihan sekaligus menyiapkan narasumber pelatihan.(*/red)