oleh

PB STII Tegaskan Komitmen Jadi Mitra Strategis Pemerintah Dalam Isu Ketahanan Pangan

JAKARTA — Pengurus Besar Serikat Tani Islam Indonesia (PB STII) menggelar audiensi bersama Kedeputian II KSP Bidang Perekonomian dan Pangan di Ruang Rapat Pulau Naira, Gedung Bina Graha Lt.2, Kompleks Istana Kepresidenan RI, Jakarta Pusat Rabu lalu.

Delegasi dipimpin Ketua Umum PB STII, Fathurrahman Mahfudz, yang memperkenalkan visi dan program strategis organisasi tani yang telah berdiri sejak 26 Oktober 1946 ini.

Hadir mendampingi, Sekjen Didi M. Rosidi, Wakil Ketua Umum Hilman Ismail Metareum, Ketua Green Z Milenial STII Ahmad Syarief Amrullah, dan sejumlah pengusaha pertanian asal Makassar, serta Ketua PW STII Jawa Tengah Saparudin, (seorang petani kopi dan sudah ekspor kopi ke Rusia dan negara eropa lainnya)

Delegasi PB STII diterima Sukriansyah S. Latief, Tenaga Ahli Utama KSP Deputi II, yang mewakili Plt. Deputi II KSP Bidang Perekonomian dan Pangan, Edy Priyono, yang sedang bertugas di luar kota.

Dari rilis yang diterima Serikat Media Siber Indonesia (SMSI), Fathurrahman mengawali dengan mengurai sejarah panjang STII yang tak terpisahkan dari perjalanan bangsa.

Baca Juga  dr Ali Mahsun ATMO Presiden KAI: Tegak Lurus Lanjutkan Legacy Jokowi, Serukan 65,4 Juta Pelaku Ekonomi Rakyat UMKM Pilih dan Menangkan Prabowo Gibran 1 Putaran Pilpres 2024

Ia menyebut nama-nama besar seperti Mohammad Sarjan, Menteri Pertanian era 1950-an, serta Mayor KH Sholeh Iskandar, tokoh Hizbullah dan pendiri LVRI, yang kini tengah diusulkan menjadi Pahlawan Nasional.

“Warisan perjuangan para ulama dan petani dahulu menjadi fondasi moral perjuangan kami hari ini,” tegas Fathurrahman.

Namun STII bukan sekadar menengok masa lalu. Hari ini, organisasi yang membentang dari Jawa hingga Sulawesi ini hadir sebagai mitra strategis pemerintah dalam menyukseskan program Reforma Agraria.

Fathurrahman menjelaskan bahwa melalui SK Menteri ATR/BPN RI tahun 2025, STII resmi dilibatkan dalam distribusi dan penyelesaian konflik lahan petani.

PB STII juga menyoroti program-program unggulan yang telah dijalankan. Mulai dari Teknologi Pertanian Modern, Urban Farming di Kawasan Perkotaan, pengembangan produk UMKM unggulan, hingga perikanan dan peternakan berkelanjutan.

Salah satu sorotan adalah penandatanganan MoU dengan Kementerian Pertanian Malaysia terkait ekspor Benih Trisakti Tani, sebuah lompatan besar STII dalam membawa produk pertanian Indonesia menembus pasar internasional.

Baca Juga  Muzani kepada Caleg Gerindra: Niatlah dengan Benar untuk Menjadi Wakil Rakyat

Tidak ketinggalan, mereka juga memperkenalkan skema ekonomi kelembagaan STII melalui BUMS (Badan Usaha Milik STII) serta koperasi-koperasi petani yang dikelola secara profesional.

Dalam sesi diskusi, Ketua PW STII Jawa Tengah, Saparudin, secara gamblang mengurai realita di lapangan.

Ia menyinggung dominasi orientasi profit para investor terhadap petani kecil yang hanya dijadikan objek, bukan subjek pembangunan.

“Petani kita tak butuh dikasihani. Mereka hanya perlu sistem yang adil. Salah satunya lewat sistem Resi Gudang yang sudah terbukti menguntungkan petani lewat stabilisasi harga,” ujar Saparudin.

Ia mendesak negara hadir lebih aktif dalam mengadopsi dan menyebarluaskan sistem resi gudang, agar petani punya posisi tawar lebih kuat di pasar.

Merespons aspirasi yang disampaikan, Sukriansyah Latief menyampaikan apresiasi dan komitmen KSP untuk menjadi jembatan antara STII dengan kementerian/lembaga terkait.

Baca Juga  Kemkop Dorong Agar Pelaku UKM Agar Tingkatkan Daya Saing Hingga Mancanegara

Ia mengakui, STII merupakan organisasi tani yang memiliki akar historis, kekuatan massa, dan visi modernisasi pertanian.

“Kami di KSP, khususnya Deputi II, sangat terbuka dan siap bersinergi. Visi Bapak Presiden dan Wakil Presiden dalam mewujudkan Asta Cita, khususnya di bidang ketahanan pangan, memerlukan mitra-mitra seperti STII,” ujarnya.

Menurut Sukriansyah, KSP akan mendorong percepatan sinkronisasi antara program-program STII dan agenda prioritas nasional, termasuk mendorong kementerian terkait agar lebih responsif terhadap kebutuhan petani.

Pertemuan strategis ini menandai semangat baru dalam sinergi antara negara dan organisasi masyarakat sipil.

Di tengah tantangan global dan ancaman krisis pangan, kehadiran STII sebagai gerakan petani berbasis nilai keislaman dan nasionalisme membuka harapan baru.

STII bukan hanya berbicara soal lahan dan pupuk, tetapi masa depan bangsa, kedaulatan pangan, dan martabat petani.

Di tangan mereka, pertanian Indonesia bukan lagi urusan subsisten, tetapi urusan strategis dan peradaban.(*).

News Feed