Pekanbaru – Diikuti oleh 20 orang peserta dari lingkungan Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, Pelatihan Guru untuk pendidikan Demokrasi, resmi dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, Dr, H. Ismardi Ilyas, M.Ag. Pelatihan ini berlangsung dari tanggal 9 – 11 November, bertempat di Hotel Pangeran.
Selain Kepala Dinas Pendidikan, acara pembukaan pelatihan juga dihadiri secara langsung oleh Direktur Eksekutif Paramadina Institute for Education Reform (PIER – Universitas Paramadina), Djayadi Hanan, Ph.D. Secara online hadir pula perwakilan dari Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri, Danang Binuko, M.Si.
Dalam sambutannya Djayadi Hanan menyampaikan bahwa kegiatan ini telah dilakukan semenjak tahun 2007 di berbagai kabupaten dan kota di Indonesia. Kegiatan dalam catatan Djayadi Hanan adalah yang ke dua kalinya di kota Pekanbaru.
Masih menurut Djayadi Hanan, ada tiga agenda penting yang ingin disampaikan melalui pelatihan ini. Pertama, konten yang terkait langsung dengan tema demokrasi. Kedua, akan membahas tentang model pendidikan yang demokratis, untuk menunjang proses pengajaran demokrasi. Ketiga, bagaimana menggabaungkan dua isu tersebut sehingga peserta mampu mengemas atau menyisipkan nilai-nilai demokrasi dalam mata pelajaran yang mereka ampu. “ Jangan sampai materi demokrasi diajarkan secara tidak demokratis” demikian Djayadi memberikan penekanan pada tujuan penyelenggaraan program pelatihan ini.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan melihat ada korelasi yang dekat antara model pembelajaran demokrasi yang dikembangkan oleh PIER dengan spirit konsep Guru Penggerak yang digagas oleh Kementerian Pendidikan. Salah satu titik singgung dari kedekatan itu adalah pada posisi dan peran guru dalam mengajar. Guru Penggerak harus mampu mengemas model belajar yang bertumpu pada partisipasi dan peran aktif siswa. Untuk sampai pada situasi tersebut, diperlukan guru yang paham dan mau mempraktikkan nilai demokrasi dalam melangsungkan kegiatan belajar-mengajar.
“Jangan sampai di zaman kita ini, ada guru yang masih memaksakan ego-nya sendiri dalam mengajar. Guru harus lebih siap untuk melayani kebutuhan belajar siswa bukan malah memaksakan cara belajar menurut ego-nya sendiri. Guru seperti ini pasti akan ditinggalkan siswa jaman sekarang, minimal tidak disukai oleh siswa dan gagal menjalankan misi pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa” demikian pungkas Ismardi dalam sambutannya.
Pelatihan Guru untuk Pendidikan Demokrasi diselenggarakan oleh PIER Universitas Paramadina bermitra dengan Konrad Adenauer Stiftung (KAS), sebuah yayasan dari Jerman yang telah lebih dari 50 tahun menjalankan program di Indonesia.
Program ini juga berada dalam koordinasi Kementerian Dalam Negeri dan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dalam rekrutmen peserta. Adapun nara sumber pelatihan adalah Danang Binuko dari Kemendagri, Dr. Mohammad Abduhzen, Djayadi Hanan, Hilal Tri Anwari dan Umar Abdullah, masing masing dari PIER Universitas Paramadina.
Biasanya program ini diikuti oleh 30 orang peserta, namun karena situasi pendemi yang belum sepenuhnya berakhir, jumlah peserta dikurangi dalam rangka social distancing dan penegakan protokol kesehatan. Peserta terdiri atas guru bidang studi agama, PPKN dan Ilmu sejarah-sosial. (*/red)