oleh

Ini Alasan Pentingnya Tidur yang Berkualitas

Di tengah ketidakpasian akibat pandemi Covid-19, yang tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, tetapi juga perekonomian dan berbagai sendi kehidupan sosial, ada satu hal yang berubah drastis yaitu pola hidup lebih sehat untuk menjaga imunitas tubuh.

“Sering luput dari perhatian, meskipun menjaga kebersihan dan protokol kesehatan kini menjadi sebuah kewajiban, masih banyak yang kurang menyadari bahwa tidur, di tengah kesibukan new normal masyarakat adalah merupakan investasi kesehatan fisik dan mental yang sangat penting,” kata Indra Gunawan, CEO Bobobox, melalui keterangan, Jumat (6/8/2021).

Seseorang yang mendapatkan tidur yang berkualitas dapat beraktivitas lebih produktif, selain juga dapat mengambil keputusan penting ditengah tekanan, termasuk dalam urusan finansial. Sayangnya, di masa work from home ini, gangguan tidur justru menjadi permasalahan kompleks yang memengaruhi kinerja masyarakat sekarang ini.

Kualitas tidur memburuk
Sebuah studi global terkait tidur bertajuk Seeking Solutions: How Covid-19 Changed Sleep Around the World oleh Phillips 2021 dalam acara World Sleep Day 2021 pada 19 Maret 2021, mengungkapkan setengah dari responden yang disurvei dari kawasan Asia-Pasifik (APAC) menyatakan pola tidur mereka telah berubah ketika pandemi melanda.

Idealnya manusia membutuhkan waktu 6-8 jam perhari. Namun, penelitian di atas menunjukkan sekitar 22 persen responden menyatakan bahwa waktu tidur malam mereka berkurang setiap malam, dan hanya 35 persen mengaku merasa cukup istirahat ketika bangun pagi. Sebanyak 44 persen responden mengatakan mengalami kantuk di siang hari.

Banyak juga responden mengakui sering terbangun di tengah malam, alias tidak nyenyak tidurnya, mengalami kesulitan untuk terlelap dan menjaga durasi tidurnya. Banyak hal mempengaruhi kualitas tidur, termasuk diantaranya, permasalahan keluarga, permasalahan keuangan dan masalah pekerjaan. Mempertahankan work, life, balance justru menjadi tantangan baru di masa work from home saat ini.

“Tantangan tersebut, yakni bagaimana memberikan tidur yang berkualitas untuk masyarakat, kini telah menjelma menjadi sebuah industri besar dan investasi yang menjanjikan,” imbuh Indra.

Penelitian yang dilakukan oleh Business Community Company (BCC) Research mengungkapkan sleep-health industry untuk pasar global diperkirakan mengalami kenaikan pesat dengan estimasi pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 6.8 persen, dimana nilai pasarnya diprediksi bertumbuh menjadi USD 112,7 miliar di atahun 2025 dari USD 81,2 miliar di tahun 2020.

Baca Juga  KASAD Jenderal Dudung Beri Ceramah Nuzulul Qur’an dan Jadi Imam Shalat Tarawih di Pusbekangad

Perubahan pola wisata
Pertumbuhan sleep-health industry ini terkorelasi erat dengan perubahan pola berwisata masyarakat di masa pandemi Covid-19. Mengutip pernyataan Direktur Pemasaran Ekonomi Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Yuana Rochma Astuti, dalam sebuah acara virtual bulan Juli lalu, kini masyarakat lebih suka berwisata ke lokasi yang dapat dijangkau dengan mobil pribadi, karena faktor ketidaknyamanan bepergian menggunakan transportasi masal, baik darat, udara maupun laut.

Hal ini menjadikan staycation,yakni berwisata di dekat tempat hunian, seperti di hotel yang mengakomodir wisata keluarga, menjadi diminati. Selain itu, wisata outdoor dengan grup kecil juga menjadi pilihan, karena masyarakat lebih nyaman melakukan aktivitas di udara yang terbuka, dibanding di ruangan tertutup.

Sebelum pandemi, pengalaman menginap di hotel dan staycation masih sering dikategorikan sebagai sebuah kemewahan. Kini, teknologi kapsul modular yang menawarkan tempat tinggal minimalis, aman dan nyaman, serta space-efficient, dapat alternatif staycation dengan harga jauh lebih terjangkau.

Sempat populer di era 1980an di Jepang, teknologi kapsul modular kini telah hadir di Indonesia untuk para pencari tempat beristirahat dan tidur nyenyak.

“Didukung oleh teknologi canggih, tentunya diikuti dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat, kapsul modular dapat dimobilisasi di berbagai tempat, untuk menawarkan alternatif staycation yang dibutuhkan masyarakat untuk menghilangkan kejenuhan di masa pandemi,” papar Indra.

Jasa layanan ini juga dapat menjadi solusi untuk para pekerja sibuk yang menghindari aktifitas perjalanan yang panjang dan melelahkan, selain juga dapat dilihat sebagai tempat menginap yang unik dan trendi dengan manfaat yang sama yakni tempat tidur nyaman, murah dan lokasi yang strategis.

Solusi staycation, alternatif berwisata dan beristirahat dengan nyaman kini tersedia melalui Bobobox, yang bercita-cita ingin memberi solusi beristrirahat dengan pola hidup modern, instan dan terjangkau harganya.

Baca Juga  Didampingi Ketua PHRI Banten, GM Asoka Resort dan Forbis Hotel Silaturahmi ke JBS

“Menawarkan solusi kapsul moduler untuk meningkatkan kualitas tidur berbasis Internet of Things (IoT) dengan kapsul modular yang terintegrasi dengan applikasi, Bobobox berharap dapat memberikan personalisasi pengalaman menginap yang berbeda kepada setiap pengunjung,” kata Indra lagi.

Produk-produk yang ditawarkan oleh Bobobox, seperti Bobohotel, Boboliving, BoboExpress, Bobovan dan Bobocabin diharapkan dapat menjadi opsi bagi masyarakat yang ingin beristirahat dan menikmati kualitas layanan yang terstandarisasi. Bobovan dan Bobocabin menawarkan alternatif liburan di udara terbuka, dapat menjadi solusi untuk kenyamanan berwisata di masa pandemi.

Terobosan di masa pandemi
Industri pariwisata nasional saat ini tengah berjuang untuk dapat bertahan di masa yang sangat menantang, dimana penurunan jumlah wisatawan baik domestik maupun mancanegara menjadi suatu hal yang tidak dapat terelakkan.

Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia Mei 2021 menurun sebesar 77,62 persen secara kumulatif dari Januari-Mei 2021, dimana jumlah kunjungan wisman hanya mencapai 664,540. Angka ini merosot jauh dibanding 2,97 juta kunjungan di periode yang sama tahun lalu.

Data BPS terkini tersebut juga menunjukkan penurunan rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia di Indonesia pada hotel klasifikasi bintang selama Mei 2021. Transportasi massal moda udara, laut dan darat, juga masih jauh dari pulih dibanding pada masa sebelum pandemi Covid-19.

Di tengah melemahnya industri pariwisata nasional dan perubahan pola berwisata masyarakat, diperlukan sebuah terobosan baru dengan investasi yang terjangkau di masa pandemi ini untuk kembali menggairahkan industri yang sebelumnya merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar di Indonesia.

Peluang investasi
Berangkat dari visi dan misi untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya berinvestasi terhadap waktu tidur dan istirahat yang berkualitas, Bobobox membuka peluang investasi triliunan dolar untuk dapat bekerja sama dengan berbagai pihak, mulai dari BUMN hingga swasta.

“Ada berbagai pangsa pasar potensial yang dapat dijangkau dengan jasa layanan yang disediakan Bobobox, termasuk industri staycation, konsumen yang memerlukan istirahat di fasilitas umum, alternatif wisata keluarga maupun korporasi di ruang terbuka, hingga optimalisasi aset properti,” terang Indra.

Baca Juga  Komisi X DPR RI Merespon Baik di Mulainya Vaksinasi Anak Usia 6-11 tahun

“Gerakan yang diusung Bobobox diharapkan dapat menjadi sebuah tren baru, di mana quality sleepdapat dianggap sebagai sebuah kebutuhan primer, layaknya sandang, pangan dan papan.”

Hal ini sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan dan maraknya seruan self-care di tengah kondisi yang tidak pasti, atau VUCA (volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity) – meminjam istilah pakar bisnis Amerika Warren Bennis dan Burt Nanus – di masa pandemi ini.

Antusiasme masyarakat terkait gerakan mendemokratisasi tidur terbukti dari statistik performa perusahaan, di mana selama pandemi, tingkat okupansi Bobobox masih bertahan di kisaran 50 persen.

Jasa layanan Bobocabin – yang menawarkan elevated camping sebagai alternatif liburan yang bukan bersifat leisure saja, tetapi juga bisa untuk self-healing, bahkan sambil bekerja – saat ini sudah dipesan penuh hingga Agustus 2021.

Sebuah artikel dari jurnal bernama Annals of Tourism Research yang diterbitkan oleh Elsevier pada awal tahun 2021 menunjukkan korelasi bagaimana kualitas tidur yang baik yang disediakan oleh pelaku di industri hospitality dapat memberikan nilai tambah lebih untuk pengunjung.

Artikel bertajuk Better sleep, better trip: The effect of sleep quality on tourists experiences yang ditulis oleh akademisi pariwisata dari beberapa universitas di Tiongkok dan AS, mengungkapkan berbagai hal menarik, yaitu bagaimana kualitas tidur berdampak positive pada pengalaman para wisatawan secara umum.

Sebagai sebuah startup yang telah berhasil meraih pendanaan Series A senilai US$ 15 juta dari investor investor terkemuka seperti Alpha JWC Ventures, Horizons Ventures, Sequoia Surge, Mallorca Investments, Genesia Ventures, Agaeti Ventures, EverHaus, Kakao Ventures, dan InvestIdea Ventures, Bobobox yakin dapat memberikan pengalaman tidur yang unik dan tak terlupakan untuk untuk para pengunjungnya.

Bobobox, yang menawarkan berbagai teknologi canggih untuk membantu kenyamanan suasana di kapsul modularnya, kini telah memiliki cabang di 13 lokasi dengan lebih dari 1.000 pods. (*/cr2)

Sumber: beritasatu.com

News Feed